Sistem Pakar Diagnosis Dampak Penggunaan Softlens Menggunakan Metode Backward Chaining


Softlens adalah sejenis lensa yang dibuat dari bahan yang bersifat “lunak”, yaitu silicon hydrogen. Penggunaan softlens dalam jangka waktu lama dapat berpotensi menyebabkan iritasi mata, mata merah dan infeksi. Untuk itu diperlukan sebuah sistem pakar untuk membantu mendiagnosa dampak penggunaan softlens. Pembangunan sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens ini menggunakan metode Backward chaining atau runut balik. Metode runut balik bekerja dengan cara menentukan penyakit yang diderita oleh pengguna softlens kemudian akan dijabarkan sebab-sebab penyakit tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pakar ini mempermudah pengguna soflens untuk melakukan diagnosa dampak penggunaan softlens berdasarkan gejala yang dialami, dan mengetahui cara penanggulangannya. 
Runut balik (Backward chaining) merupakan strategi pencarian yang arahnya kebalikan dari runut maju (forward chaining) (Dahria, 2012). Percobaan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Proses pencarian dimulai dari tujuan, yaitu kesimpulannya merupakan solusi yang ingin dicapai, kemudian dari kaidah-kaidah yang diperoleh, masingmasing kesimpulan Backward chaining jalur yang mengarah ke kesimpulan tersebut merupakan solusi yang dicari, jika tidak sesuai maka kesimpulan tersebut bukan merupakan solusi yang dicari. Backward chaining memulai proses pencarian dengan suatu tujuan sehingga strategi ini disebut juga goal-driven terlihat pada Gambar berikut :



1. Basis Aturan
A. Basis Pengetahuan
Dalam mempresentasikan pengetahuan yang berupa fakta-fakta gejala, jenis gangguan softlens serta solusi menggunakan kaidah produksi yang ditulis dalam bentuk jika-maka (IfThen). Kaidah jika-maka menghubungkan antara gejala-gejala penggunaan softlens dan dampak penggunaan softlens 




Gambar 1. Rancangan ERD

Proses yang dilakukan pada fase basis pengetahuan dipresentasikan dengan langkahlangkah berikut yaitu: (1) Menentukan tabel basis pengetahuan, (2) Menyusun rules (aturan gejala), (3) Menentukan tabel keputusan dan (4) Membuat pohon keputusan. Proses ini terlihat pada Tabel 1, 2 dan 3. 












































B. Pohon Keputusan
Meskipun kaidah secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan tetapi untuk menghasilkan kaidah yang efisien terdapat suatu langkah yang harus ditempuh yaitu membuat pohon keputusan. Pohon keputusan yang dibuat harus sesuai dengan metode yang digunakan yaitu backward chaining.


Gambar 2. Pohon Keputusan

2. Pengujian Sistem
Pengguna program ini dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan sistem pakar mendiagnosa dampak penggunaan softlens, untuk lebih jelas dapat dilihat pada proses berikut.

A. Mendiagnosa dampak penggunaan Softlens
Jika melakukan diagnosa maka pengguna masuk ke form diagnosa mengisi data pasien jika sudah selesai maka lanjut menekan tombol diagnosa lalu pilih jenis penyakit dan selanjutnya akan masuk ke form pertanyaan.


Gambar 3. Interface Diagnosa

B, Form Pertanyaan 
Form pertanyaan ini akan menentukan gejala apa saja yang terdapat dari penyakit pada penderita pengguna softlens.

Gambar 4. Interface  Pernyataan


Gambar 5. Interface Hasil Diagnosa


C. Uji Kelayakan Sistem
Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner kepada pengguna terlebih dahulu dilakukan validasi oleh pakar softlens yaitu bapak A. Raju, dimana tempat bertugas pada Optic Queen Tembilahan-Inhil, Riau. Di dalam pengembangan sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens pengujian dilakukan terhadap kemampuan sistem pakar ini dalam melakukan diagnosa. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner terhadap pihak-pihak pengguna sistem pakar ini. Yang menjadi indikator yang diuji dapat dilihat pada Tabel berikut ini.



Untuk kepentingan penggunaan sistem ini diambil sampel calon pengguna sistem pakar dampak penggunaan softlens yaitu: 25 koresponden yang dilakukan pengujian. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu instrument penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketetapan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0 for Windows

a. Correctnes (Kebenaran) 
Uji-t Satu Sampel Uji-t Satu Sampel ini menguji tingkat kebenaran dari sistem pakar ini. Dari Tabel 5 dan 6 dapat dilihat nilai uji statistik t yang didapat t = 25.163 dengan derajat kebebasan = n-1 = 25-1 = 24. Nilai P-Values (untuk 2-tailed) = .000 jelas lebih kecil dari α=0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kebenaran (correctness) sistem pakar ini memenuhi atau dapat dipercaya/benar, atau lebih adalah tidak benar.










b. Reliability (Reliabilitas) 
Uji-t Satu Sampel Dari Tabel 7 dan 8 dapat dilihat nilai uji statistik t yang didapat t = 28.989 dengan derajat kebebasan = n-1 =25-1 =24. Nilai P-Values (untuk 2-tailed) = .000 jelas lebih kecil dari α=0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat reliabilitas (reliability) sistem pakar ini memenuhi atau dapat dipercaya/benar.











Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian didapat beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut: Dari pengujian yang dilakukan bahwa sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens ini dapat diterapkan dan diterima oleh pengguna. 
2. Dengan adanya sistem pakar ini akan mempermudah orang awam untuk melakukan diagnosa dampak softlens dan cara penanggulangannya. 
3. Implementasi dalam inferensi menggunakan metode backward chaining sehingga dapat dengan mudah mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien dalam mendiagnosa dampak penggunaan softlens. Saran untuk penelitian berikutnya adalah perlu dikembangkan lagi menggunakan metode lain seperti certainty factor guna menggambarkan tingkat kepastian pakar terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

Sumber : Jurnal Sistem Pakar Diagnosa Dampak Penggunaan Softlens Menggunakan Metode Backward Chaining , Nurmala Mukhtar

Tugas selanjutnya : Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Burung Puyuh Menggunakan Metode Forward Chaining
Previous
Next Post »